MELURUSKAN PERILAKU KELIRU DI JALAN DAKWAH
MELURUSKAN PERILAKU KELIRU DI JALAN DAKWAH
Oleh : Nur Ahmad, M.S.I
(Dosen Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus)
Oleh : Nur Ahmad, M.S.I
(Dosen Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus)
Islam itu indah, islam ada karena hadir dan kehadirannya bisa terus eksis karena dakwah. Mustahil kita bisa menikmati islam, lalu mewariskan lagi kepada anak cucu kita tanpa jasa-jasa para da’i yang selalu menyeru kepada kebaikan dimuka bumi. Bahkan Allah sendiri memuji bagi orang-orang yang meluangkan waktunya untuk mengajak manusia ke jalan dakwah kepada Allah, yakni “Dan siapkah yang lebih baik ucapannya dari orang-orang yang menyeru kepada jalan Allah” menjadi da’i tidak sekadar menyampaikan kebutuhan sepiritual kepada orang lain, tetapi seorang da’i paling utama adalah orang pertama yang mengerjakan kebaikan sebelum orang lain, karena itu seorang da’i begitu penting memainkan peranan penting dalam hadinya islam.
Di era modern ini dimana banyak orang menyadari perlunya menghadapkan diri kepada Allah. Banyak da’i yang lahir bagaikan bak cendawan di musim hujan dikalangan kaum muslimin, oleh karena itu kita sangat membutuhkan orang yang mampu menunjukkan berbagai kesalahan kita dan mengingatkan kita dari penyimpangan. Petunjuk inilah yang nantinya akan menghindarkan kita dari penyimpangan hingga kita dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat yang menjadi obyek dakwahnya. Kita sangat membutuhkan para da’i yang mampu berbicara dengan jelas dan tidak menyebarkan keraguan, sehingga kita juga membutuhkan seorang da’i yang mampu mengingatkan dan mampu meluruskan prilaku keliru terlebih di jalan dakwah. Kita juga membutuhkan da’i yang mampu menemukan subtansi dari segala sesuatu, mereka juga harus mampu memperbaiki berbagai perilaku keliru dan membentuk kemampuan masyarakat untuk berbuat yang lebih baik lagi.
Meluruskan perilaku yang keliru bisa berasal dari hati (qolby), jiwa (nafsy), akhlak (akhlaqy) supaya tidak terjerumus pada jurang kesesatan dan kehancuran, oleh karena itu kita selalu berharap kepada seorang da’i agar mampu meluruskan pada hati lagi khilaf atau benar-benar khilaf. Sesuai peringatan Allah (QS. Adz-Dzariyat:55), yang artinya : “Peringatkanlah! Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.
Ayat diatas memperingatkan kita agar kita selalu bersikap hati-hati, Pertama berhati-hatilah dengan Niat yang Salah. Sebagai contoh, ada keinginan mendapatkan penghormatan dari masyarakat dan status sosial yang tinggi, gila popularitas, gila jabatan, sementara tidak diimbangi dengan niat yang baik karena Allah. Kedua Sedikit Ilmu, sebagian dari perilaku yang keliru adalah keengganan kita menuntut ilmu baik ilmu ilmu duniawi maupun ukhrawi. Inilah salah satu sikap yang tercela bagi kita. Bagaimana kita bisa menjalakan aktivitas dakwah kalau wawasan keilmuan kita sempit? Bagaimana kita mampu menjelaskan tentang kemaslahatan umat kalau kita sendiri tidak mempunyai ilmu yang cukup. Sesuai firman Allah (QS. Thaha : 114), yang artinya : “Katakanlah, Tuhanku tambahkanlah aku akan ilmu”. Ayat tersebut juga mengingatkan pada kita agar selalu belajar dan bertambahnya ilmu kita. Ketiga, adalah Ambiguitas, bagian dari perilaku kita yang keliru adalah sikap ambigu. Inilah salah satu penyakit kita yang juga berbahaya dan sangat merusak keutuhan kaum muslimin. Sikap ini yang ada akan membuatnya berwajah dua, wajah yang baik dan wajah yang sebaliknya. Ia bisa menjawab berbagai pertanyaan dengan cara yang berbeda, bahkan setiap jawaban yang ia berikan harus menguntungkan secara pribadi dan ia tidak peduli pada prinsip etika, prinsip agama bahkan prinsip berbudaya. Salah satu contoh sederhana sikap ambigu, yakni dia selalu berwajah manis pada setiap orang padahal hanya berpura-pura, di depan orang lain dia menampakkan wajah lembut padahal sejatinya hatinya sangat garang, keras kepala bahkan tidak punya belas kasihan dan mash banyak lagi.
Semoga Allah selalu memberikan jalan terbaik bagi kita dan selalu menunjukkan ke jalan yang diridlai-Nya, sesuai sabda Rasulullah, “Barang siapa yang menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya.”. (Dimuat diRubrik Cermin Hati Radar Kudus,24 April 2015 )