JADIKAN RIDHA ALLAH SEBAGAI TUJUAN HIDUP
JADIKAN RIDHA ALLAH SEBAGAI TUJUAN HIDUP
Oleh : Nur Ahmad
( Dosen Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus )
Oleh : Nur Ahmad
( Dosen Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus )
Dakwah merupakan suatu keharusan, oleh karena itu berdakwah harus dilakukan sesuai dengan niat yang baik agar mendapat pahala. Sementara tujuan akhir dakwah yang kita lakukan haruslah untuk memperoleh ridha Allah yang mengejawantahkan dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Sehingga jika ada kegagalan dalam tujuan jangka pendeknya, yakni mengarahkan manusia untuk beribadah kepada Allah dan membumikan agama Allah, maka tujuan jangka panjangnya, yaitu ingin meraih ridha Allah swt,tidak terabaikan. Seperti dalam firman Allah (QS. Al-Ma’idah : 99), yang artinya : “ Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ”. Manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda-beda pula. Dari perilaku tersebut ada segolongan orang yang tekun dalam melaksanakan perintah Allah dan meningglkan larangan-Nya. Ada pula yang sebaliknya perintah Allah ditinggalkan, larangan Allah dilaksanakan.
Pada Sunnah Rasulullah, dijelaskan semangat beliau dalam menyampaikan ajaran islam di setiap kesempatan dan dengan berbagai cara, meskipun belum mendapat respon yang baik, juga perhatian beliau kepada orang-orangyang menerima dakwahnya sampai mereka menjadi pembimbing dan pemimpin dunia. Rasul pernah bersabda, “Sesungguhnya hati semua manusia berada diantara jari jemarinya seperti satu hati yang diarahkan kepadaNya atau sekehendakNya”. Dan Rasulullah juga pernah berdoa, “Ya Allah yang mengarahkan semua hati, arahkanlah hati kami untuk mentaatimu”.
Adapun pada kenyataannya telah menunjukkan bahwa hati manusia berada ditangan Allah swt. Kita tidak memiliki daya dan upaya kecuali hanya kehendak Allah baik terhadap manusia, kemudian mengajak, mengarahkan dan menunjukkan kita sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Allah tidak akan membebani kaumnya kecuali sesuai dengan batas kemampuan manusia. Pahala dan balasan atas semua itu hanya dari Allah yang maha Agung dan Luhur, kesemuanya kita serahkan hanya kepada Allah swt.
Terkadang rasa ketergantungan manusia akan menentukan jalan hidupnya, tentu saja ketergantungan yang diikuti dengan sikap ketundukan, kepatuhan, berserah diri kepada Allah. Tunduk terhadap perintah Allah diikuti dengan amal salih, karena itu sikap khusu’, tawadhu’, qona’ah, ridha dan ikhlas dalam menjalan perintah Allah akan meningkatkan kesadaran beragama, karena dengan menjalankan ketaatan kepada Allah ada sebagian orang yang merasakan diberikan kelapangan dalam meraih kebahagiaan hidup, rizkinya banyak, anak-anaknya salih dan salihah serta dapat membina keluarga bahagia. Namun ada juga yang merasa biasa-biasa saja, nyaris tidak ada bedanya antara melaksanakan ketaatan dengan yang tidak. Hal ini tentulah perlu dievaluasi, karena pengamalan agama hendaknya secara kaffah, bukan setengah-setengah, karena itu untuk meraih kebahagian hidup tiada pilihan lain kecuali kita selalu berupaya untuk menyempurnakan ibadah, jauhkan sifat riya’, ujub, takabur dalam menjalankan ibadah sebab sifat-sifat ini bisa menjadi virus yang akan menggerogoti amal salih kita. (Dimuat diRubrik Cermin Hati Radar Kudus, 10 April 2015 )